" Desak Pemerintah dan DPR RI melahirkan Undang Undang Jaminan Hidup Seniman Indonesia "
Niscayailah, bangsa yang besar ini tak akan pernah benar-benar menjadi besar bila "dunia pikiran" para seniman masih dianggap sebatas segelas kopi!
Selagi para pegiat pikiran pembentuk peradaban yang memperkuat dan memperkaya kebudayaan belum mendapat tempat dan perlakuan yang "adil" jangan harap bangsa ini akan tinggi mengangkasa di langit kemuliaan!
Tidakkah kita menyadari, sebagian besar para pejuang penggerak kemerdekaan berlatar belakang sastrawan dan wartawan yang notabenenya adalah " seniman pikiran".
Di negara negara maju, maju peradabannya, maju teknologinya, seniman " dirawat" dengan segala perhatian dan kasih sayang dari negara.
Di Malaysia, contohnya. Para penulis di negara tetangga kita ini mendapat tunjangan uang bulanan dari negara.
Sehingga, mereka berkarya tidak dalam hati rusuh. Tidak dalam ingatan kacau yang berpikir untuk bagaimana membayar tagihan listrik, uang sekolah anak, untuk hidup ke besok dan segala pikiran susah hidup lainnya.
Di sana, penghidupan seniman dijamin negara. Asal berkarya, asap kehidupan mereka makin membubung. Tugas mereka hanya konsen berkarya. Tak perlu memikirkan rokok dan segelas kopi.
Dalam pikiran yang lapang, mahakarya apa sih yang tak bisa diwujudkan?
Mari kita menyimak Jerman. Di negara ini tiap pihak yang hendak membangun gedung, harus menyisihkan 2% dari biaya pembangunan gedung buat keseniaan.
Di nagari saya Sumatera Barat, ruang berkarya seniman dijadikan
" hotel".
Cimpapus buruk!
Bangsa yang berbudi luhur adalah bangsa yang "memuliakan" para seniman.
Para seniman adalah pagar yang merawat dan menjaga marwah bangsa. Bangsa bangsa besar adalah bangsa yang merawat senimannya secara menyeluruh dan permanen.
Kemajuan peradaban tak bisa dilepaskan tanpa adanya campur tangan seniman!
Saatnya bangsa ini merawat para seniman dengan menjamin kehidupannya dan merawatnya sampai tua!
Tentu saja, seniman yang dijamin adalah dengan kriteria kriteria tertentu yang ditetapkan negara.
Kini saatnya DPR RI melahirkan Undang Undang Jaminan Hidup Para Seniman Indonesia.
Saatnya para seniman bergerak mendesak negara melahirkan Undang undang tersebut.
Yakinlah, " Bila bangsa sedang sakit, puisi obatnya! "
Penyair seperti, Presiden Penyair Indonesia Sutardji Calzum Bahri dan sejumlah nama seniman besar Indonesia, sudah semestinya dijamin hidupnya oleh negara!
Saatnya Pemerintah membantu seniman yang pantas dan patut. Bantuan itu, bukan temporer tapi permanen.
Demikian nuklis dan konklusi diskusi sore kami di Galeri Buku Bengkel Deklamasi Taman Ismail Marzuki, Kamis 1 Februari 2024.
Sore itu, saya dan Bang Jose Rizal Manua juga berdiskusi tentang dunia teater, kepenyairan dan sastra.
Bang Jose Rizal Manua, tak banyak yang tahu jika Bang Yos asal Minangkabau.
Jose Rizal Manua budayawan, sastrawan dan aktor terkemuka Indonesia.
Bang Jose pendiri teater anak-anak, Teater Tanah Air pada 1988. Kelompok teater tersebut meraih juara pertama pada Festival Teater Anak-anak Dunia ke-9 di Lingen, Jerman, pada tanggal 14-22 Juli 2006.
Bang Jose sekarang sedang " laku lakunya berperan di layar lebar ". Filem terbarunya Onde Mande dan Siksa Kubur.
Prestasi Bang Jose dalam dunia teater, sekambut buruk.
Antara lain: Bersama Teater Tanah Air (TTA) meraih The Best Performance dan meraih 10 medali emas di The Asia Pacific Festival of Children Theatre 2004, yang diadakan di Toyama-Jepang.
Bersama Teater Tanah Air (TTA) kembali meraih 19 medali emas di seluruh kategori pada Festival Teater Anak-anak Dunia ke-9 tahun 2008, yang diadakan di Lingen-Jerman.
Pada festival ini TTA membawakan lakon yang berjudul Wow karya Putu Wijaya.
Mendapat penghargaan "Satya Lencana Wirakarya" dari Presiden R.I. DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2008
Bersama Teatar Tanah Air (TTA)
Kemudian kembali meraih penghargaan The Best Performance dan The Best Director pada 10th World Festival of Children's Theatre di Moskow-Rusia.
Bersama Teater Tanah Air (TTA) mendapat penghargaan Rekor MURI, sebagai grup teater yang memperoleh penghargaan internasional terbanyak.
Pikiran dalam dialog sore hingga lupa waktu itu sepakat bahwa dunia teater dunia pembentuk karakter. Dunia teater dunia orang hebat. Dunia teater, dunia total kreativitas. Dunia teater, dunia orang cerdas.
Ya, dalam pada itu saya berpikir, Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan semestinya memasukkan kurikulum pembelajaran dasar dasar teater di SD.
"Tidaklah kita sadari, bahwa pembelajaran di TK adalah pembelajaran yang sebenarnya berbasis teater", ujar Bang Jose menghirup rokoknya sedalam entah!
Ingat Tuhan berkata dalam ayatNya:
" Sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau. Jika kamu beriman serta bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta hartamu. ( QS Muhammad 36)
Kehidupan ini fana. Ia layaknya sandiwara yang akan menemui episode penghabisan.
Kata Shakespeare , dunia tak ubahnya seperti panggung teater, di mana manusia adalah aktornya.
Menurut Taufiq Ismail yang liriknya dilagukan Godbless " Dunia Panggung Sandiwara".
Sejak lahir manusia memasuki dunia teater. Ia terus berakting selaras usia mereka sampai usia tua mereka ketika episode yang terakhir dimainkan!
Olala, terlalu banyak catatan maota - ota kami di sore itu.
Selamat berteater!
Jakarta, Kamis 1 Februari 2024