-->
  • Jelajahi

    Copyright © MANDALIKANews.ID | BAROMETER INDONESIA
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Latest News

    Apa Beda Pinto Janir dengan Sastrawan Lama? Catatan DR Gamawan Fauzi SH

    MandalikaNews.id
    Jumat, 31 Januari 2025, 22:51 WIB Last Updated 2025-01-31T16:03:59Z


    Catatan: DR Gamawan Fauzi SH

    Pinto Janir.... itulah namanya yang selalu dipanggil orang. 


    Laki laki yang saya kenal sejak puluhan tahun lalu, ketika dia masih reporter Mingguan Canang yangl aris itu.


    Tapi... Pinto bukan hanya wartawan. Ia juga seniman, sastrawan, pencipta lagu dan penyair. Bahkan kadang juga ikut dalam beberapa kegiatan politik praktis di Sumatera Barat.


    Rasa Minang Pinto  kental. Kecintaannya kepada Ranah Minang memaksa jiwanya " pulang " ke Sumatera Barat di saat orang lain berjuang mengejar Jakarta.

    Padahal , dulu dia sudah punya tempat untuk berkarir di ibukota negara ini, pada salah satu media ternama.



    Pinto memang lelaki " Lasak ".

    Dia anti kemapanan ! 

    Dia tak bisa diam. 


    Dia terus berpikir, berimajinasi, berkontemplasi dan suka mencari hal hal baru yang kadang tak lazim dikerjakan orang.

    Suatu ketika, di saat terjadi rusuh di Wamena, saat itu menjelang magrib, berulangkali Pinto  menelpon saya.

    Kebetulan saat itu handphone saya sedang silent. 

    Tapi, dia tetap mengulang dan mengulang. Akhirnya saya lihat di layar HP, ada panggilan dari Pinto Janir dan saya angkat.


    Dia minta buatkan syair lagu tentang Wamena. Semangatnya yang tak terbendung itu, membuat saya termotivasi untuk menyelesaikannya malam itu juga. 



    Eh... ternyata,  sewaktu saya mengaktifkan telpong enggam selepas melakukan serangkaian ibadahs ubuh, ada kiriman wa, isinya lagu Habih Untuang  di Wamena.


    Rupanya semalaman dia tak tidur.


    Itulah Pinto !  


    Spiritnya tak terlerai oleh waktu.


    Belakangan, suatu ketika saya dikirimi Pinto sepenggal cerita roman berbahasa Minang.


    Kemudian penggalan demi penggalan secara berkala. Saya membacanya.


    Saya teringat sekitar 5 tahun lalu ,ketika saya , Pinto dan sejumlah seniman berbincang di Taman Budaya Padang.


    Waktu itu ada pikiran Pinto untuk menyelenggakan puisi berbahasa Minang dari rekan rekan seniman dan budayawan. 

    Saya tak mengikuti, apakah ide itu sudah terlaksana atau belum. 


    Tapi, tiba tiba Pinto yang memiliki perasaan  seni yang tinggi itu membuat sesuatu yang baru.


    Novel berbahasa Minang dengan judul “Pacar Lamo”.  Saya sungguh menghargai dan kagum. Novel itu kemudian dimuat tiap hari di halaman satu Harian Padang Ekspres. 


    Karena,  menurut saya ini kreativitas. Ini inovasi. Pinto berbuat sesuatu yang Lain, dia tampil beda. Tutur bahasanya mengalir dan hidup.


    Saya teringat pada sejumlah nama sastrawan asal Minangkabau. 


    Saya teringat pada buya Hamka yang mengarang novel Tenggelamnya Kapal van der Wijck . 


    Saya teringat pada sastrawan Abdul Moeis yang mengarang Salah Asuhan. 

     

    Saya teringat Marah Roesli yang mengarang Sitti  Nurbaya. 


    Saya teringat pada sastrawan Tulis St Sati yang mengarang Novel  Sengsara Membawa Nikmat . 


    Saya teringat pada sastrawan AA Navis yang mengarang Robohnya Surau Kami. 


    Semua novel yang dikarang oleh sastrawan asal Minangkabau itu memakai bahasa Indonesia, hanya settingan ceritanya yang di Minangkabau. 


    Itu yang menjadi pembeda novel  Pinto Janir dengan sastrawan lama asal Minangkabau. Novel Pacar Lamo, berseting di Minangkabau dan berbahasa ibu; bahasa Minang...


    Di negeri ini banyak orang cerdas, banyak yang pintar, tapi belum tentu inovatif.


    Ilmu bisa di pelajari, penemuan bisa dilakukan melalui riset, tapi belum tentu semua orang mampu berinovasi dan berani melakukannya.


    Pada bagian inilah saya salut dengan saudara Pinto.


    Tulislah terus Pinto.


    Curahkanlah rasa senimu dalam bahasa ibu.


    Art longa, vita braves.. hidup itu singkat, seni itu abadi.


    Selamat Pinto.


    ---Gamawan Fauzi---

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    EKONOMI

    +